27 February 2013

LIBURAN DI PULAU TIDUNG

Kali ini aku ingin berbagi ceritaku selama berlibur ke salah satu pulau di pesisir utara Jakarta, yaitu Pulau Tidung. Pulau Tidung termasuk dalam gugusan Kepulauan Seribu yang tersebar di sekitar laut bagian utara Jakarta. Sebenarnya banyak pulau-pulau lain yang sudah maju pembangunannya karena sudah banyak resort yang dibangun dengan tarif menginap yang bisa mencapai jutaan rupiah per malam, seperti Pulau Bidadari, Pulau Macan, dan sebagainya. Tetapi hal itu kurang menarik bagiku karena aku ingin merasakan tantangan berpetualang ala backpacker (walaupun aku tidak pakai tas punggung sih.. hehehe). Lagipula aku juga ingin latihan traveling sendirian dengan dana secukupnya. Penasaran gimana pengalaman berliburku? Yuk, mari disimak! :)

Hari pertama, begitu sampai di Jakarta. Aku langsung menuju ke Marina-Ancol untuk survey kapal yang akan berangkat ke Pulau Seribu. Setelah bertanya-tanya ke beberapa orang di sana, ternyata kapal yang berangkat ke Pulau Seribu biasanya ada sekitar jam 8 pagi. Agak kecewa sih karena hari itu aku terlambat dan tidak bisa langsung ke Pulau Tidung.

Singkat cerita, setelah mengantongi nomor telepon orang yang menyediakan jasa penyeberangan, aku memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di rumahku daerah Jakarta Timur. Nah, hari itu benar-benar aku persiapkan untuk booking kapal dan penginapan selama di Pulau Tidung nanti. Aku mencoba browsing penginapan apa saja yang ada di Pulau Tidung, setelah dapat beberapa nomor telepon dan aku hubungi satu per satu akhirnya aku bisa booking salah satu homestay di sana. Masalah penginapan beresss deh :D

Selanjutnya aku coba menelpon penyedia jasa penyeberangan, dan Deal! Aku janjian dengan orang tersebut untuk bertemu besok jam 8 pagi di dermaga 6 Marina-Ancol dan aku disarankan untuk datang sebelum jam 8 karena kalau mau menyebrang harus daftar dulu, jangan sampai tidak kebagian tempat hanya karena telat mendaftar.

Keesokan harinya aku berangkat ke Marina-Ancol. Jakarta macetnya ampuuunnn bosss! Sekitar jam 7.30 aku sampai di dermaga 6 Marina-Ancol dan langsung mendaftar dengan membayar seharga Rp 200.000, syukur deh aku masih bisa ikut berangkat. Alhamdulillah!

Setelah menunggu diabsen satu per satu untuk masuk ke dalam kapal jet. Akhirnya predator jet berangkat sekitar jam 8.30 dan saranku bagi travelers yang naik kapal jet jenis ini, lebih baik pilih tempat duduk yang di indoor bagian belakang karena selain adem (AC available) duduk di belakang juga tidak terlalu terhentak kalo kapal jetnya berbenturan dengan ombak.
Setelah 90 menit perjalanan akhirnya aku sampai di dermaga Pulau Tidung. Selanjutnya aku menuju homestay tempat aku menginap selama di Pulau Tidung. Ternyata kamarnya cukup luas dan harganya sangat terjangkau, yaitu Rp 250.000 per malam (1 kamar bisa muat untuk 5 orang jadi bagi yang datang rombongan 5 orang bisa urunan 50.000 per orang), kamarnya dilengkapi dengan fasilitas AC, TV, air mineral, dan kamar mandi dalam. Karena sampai di Pulau Tidung siang hari dan panasnya sangat menyengat maka aku memutuskan untuk jalan-jalan keliling Pulau Tidung di sore hari. Tetep takut gosong nih kulit walaupun hobinya liburan ke pantai, hahaha...

Sore harinya, aku berjalan kaki menuju ke Pantai Tanjongan Timur. Begitu akan memasuki Pantai Tanjongan Timur, kita akan melewati sebuah gapura kecil yang bertuliskan "Selamat Datang di Jembatan Cinta". Jembatan tersebut menghubungkan antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Kenapa dinamakan Jembatan Cinta? Aku sendiri sebenarnya tidak paham asal muasal dinamakan jembatan cinta, hehehe...
Pantai Tanjongan Timur sangat ramai pengunjung, ada yang sekedar berfoto-foto di pantai dan di jembatan cinta, ada yang menikmati aneka hidangan laut yang di jajakan oleh warung-warung di pinggir pantai, ada juga berbagai permainan air (Kano, Banana Boat, Snorkeling, Fishing, dan lainnya). Hari itu aku mencoba bermain kano, lumayan pegel juga ternyata, khususnya di area pinggang :D

Pantai di Pulau Tidung memiliki ombak yang tenang dengan pesisir pantai yang dangkal, bahkan aku bisa menyentuh tanaman laut tanpa harus berjalan terlalu jauh dari tepi pantai. Tapi sayangnya banyak serpihan batuan karang di pasir pantai sehingga kita harus berhati-hati saat berjalan di dalam air, tetap pakai sandal saja untuk menghindari kaki tergores oleh batuan karang yang hancur.
Menjelang malam, aku memutuskan untuk kembali ke homestay. Sambil berjalan aku menikmati sunset di Pulau Tidung. Subhanallah, indaaahhh bangeeettt! bahkan berjalan kaki di jalan setapak dari Pantai Tanjongan Timur menuju homestay yang cukup jauh jadi tak terasa melelahkan.
Di sela-sela perjalanan pulang ke homestay, perutku keroncongan dan akhirnya aku mampir di salah satu kedai seafood. Tapi karena malam itu anginnya berhembus sangat kencang, aku memutuskan untuk membungkus dan memakannya di homestay saja. Beneran anginnya kagak nahan, bikin kentut melulu gara-gara masuk angin, hahaha... Aku juga sempat berbincang dengan salah seorang pegawai di kedai tersebut dan ternyata di sebelah kedai itu sedang dalam proses pembangunan resort. Wah bakal nambah lagi nih pembangunan resort mahal di Pulau Seribu.

Keesokan paginya aku mengunjungi pantai lain yang terdapat di Pulau Tidung dan pantai tersebut kurang dikenal oleh para wisatawan. Tapi karena lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki maka aku memutuskan untuk mencoba alat transportasi di sana, yaitu Bentor alias becak motor. Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya sampai di Pantai Tanjung Barat dan begonya aku lupa bawa kamera :( nyesel kuadrat gara-gara tidak bisa foto pemandangan. Tapi tidak apa deh, yang penting bisa melihat pemandangan pantai pasir putih berpadu dengan air laut yang biru. LOVE LOVE LOVE IT!

Sore harinya aku kembali ke Pantai Tanjongan Timur untuk mencoba banana boat dan snorkeling. Banana boat terealisasi tapi snorkelingnya tidak terealisasi karena aku takut berenang di laut (takut terseret ombak dan dimakan hiu) -_-'

Oh iya, bagi yang tidak suka berjalan kaki terlalu jauh dari homestay ke pantai atau untuk sekedar berkeliling di Pulau Tidung. Kalian bisa menggunakan jasa becak motor atau juga bisa menyewa sepeda pancal dengan harga yang sangat murah. Untuk masalah sinyal handphone di Pulau Tidung ini tidak ada masalah kok, bahkan di pulau ini juga tersedia gerai pulsa lho.

Besoknya aku kembali ke Jakarta dan aku memutuskan untuk mencicipi perjalanan laut menggunakan kapal tradisional. Tiketnya dapat di beli di dermaga Pulau Tidung seharga Rp 35.000 saja. Bentuk kapalnya seperti foto di bawah ini. Aku masih ingat jelas nama kapalnya, kapal Anterja. Kapal ini memberikan petualangan menegangkan saat aku kembali dari Pulau Tidung karena ada bagian tali kemudi kapal yang terputus akibat kelebihan muatan bahkan bagian bawah kapal sudah terisi oleh air laut. Ngeri pokoknya :( sampai akhirnya kapten kapal ini memutuskan mampir ke Pulau Pari untuk menguras bagian bawah kapal dan memindahan sebagian penumpang ke kapal tradisional lain agar kelebihan beban kapal Anterja dapat berkurang. Akibat insiden menegangkan sekaligus seru tersebut, perjalanan dari Pulau Tidung menuju Muara Angke yang biasanya di tempuh dalam waktu 2-3 jam menjadi molor hingga 5 jam lho. Byuh!
Ini sedikit pemandangan yang bisa aku bagikan selama bersandar di Pulau Pari, maaf agak gelap fotonya karena cuaca hari itu sedang mendung.
Sekedar saran nih bagi yang ingin traveling melintasi pulau, ada baiknya memilih waktu saat musim kemarau untuk menghindari kemungkinan adanya cuaca buruk, hujan, dan ombak yang ganas. Bagi yang ingin ke Pulau Seribu menggunakan kapal tradisional, ada baiknya memilih kapal yang lebih sepi agar kita tidak membahayakan nyawa kita sendiri akibat kapal yang muatannya berlebih. Usahakan juga kita adalah penumpang yang masuk ke kapal lebih awal agar lebih terjamin kemungkinan kita bisa mendapatkan life vest (pelampung) yang disediakan oleh kapal, sedangkan kalo kita masuk ke kapal saat kapal sudah banyak penumpang kemungkinan besar life vest telah habis.

Itulah pengalamanku selama berlibur ke Pulau Tidung, semoga bisa memberikan masukan untuk para Travelers. :)