1 February 2014

AWAL MULA TAKDIRKU

Tentunya semua orang memiliki cita-cita, aku pun juga demikian.
Dokter? Tidak. Lalu apa cita-citaku? Menjadi seorang arsitek.

Sejak kecil aku sangat suka menggambar, bahkan aku sering ditunjuk oleh guru kesenian untuk mewakili sekolahku dalam berbagai kompetisi lomba menggambar. Sayangnya cita-citaku ini tidak mendapatkan sambutan positif dari kedua orang tuaku, terutama Papaku. Masih teringat jelas saat itu, di kala Papaku dengan menggebu menolak cita-citaku dan menuntutku untuk menjadi seorang dokter hanya karena dulu beliau sangat ingin menjadi seorang dokter namun tidak tercapai karena terhalang oleh biaya, sehingga sekarang aku dituntut untuk melanjutkan cita-citanya itu. Masih teringat jelas saat aku masih kecil, orang tuaku berkata "Menggambar terus. Mau jadi apa besarnya nanti?". Aku hanya terdiam mendengar komentar orang tuaku, memendam rasa sakit hati. Walaupun umurku masih 8 tahun saat itu, tapi aku sudah bisa merasakan perih atas pandangan sebelah mata dari orang tuaku.

Waktu terus berjalan, hingga aku duduk dibangku kelas 3 SMA. Suatu ketika ada kunjungan kakak senior dari FK salah satu Universitas swasta yg datang ke sekolahku untuk mempromosikan Fakultas Kedokterannya dan mereka menawarkan try out seleksi masuk, aku memutuskan untuk mencoba try out tersebut. Siapa tau aku bisa mendapatkan gambaran bagaimana soal-soal tes masuk FK tersebut. Singkat cerita, setelah selesai mengerjakan try out kami diperbolehkan membawa pulang soal tersebut sehingga bisa digunakan untuk belajar kembali. Aneh. Jika aku tidak ingin menjadi dokter, mengapa aku memutuskan untuk ikut try out seleksi masuk FK itu ya? Ahh... Nevermind, weirdo me!

Beberapa bulan kemudian aku datang ke Universitas tersebut, tapi kali ini aku datang untuk mendaftar sebagai mahasiswi baru dan aku datang hanya berdua dengan teman SMAku. Aku masih ingat jelas, siang itu saat pulang sekolah (masih berseragam SMA) hanya berbekal uang jajan, kartu pelajar dan pas foto, aku nekat mencoba mendaftar FK. Formulir pendaftaran aku isi saat itu dan aku kumpulkan saat itu juga, tanpa berunding dengan orang tuaku. Bahkan masalah uang sumbangan juga tidak aku rundingkan karena di kertas tertulis minimal 20 juta ya refleks aku tulis 20 juta saja. Lalu aku mendapatkan kartu peserta seleksi masuk gelombang 1 FK tersebut.

Ujian tulis seleksi masuk FK tersebut diadakan pada pertengahan bulan april. Malam hari sebelum ujian tulis, aku menceritakan kepada orang tuaku bahwa aku mencoba mendaftar FK di salah satu Universitas swasta. Orang tuaku terkejut akan hal itu, mereka sedikit geram karena aku tidak berunding terlebih dahulu dan mempertanyakan bagaimana aku memutuskan nominal uang masuk FK tersebut. Aku bercerita apa adanya, syukurlah orang tuaku tidak keberatan dan memberikan support serta doa restu untuk ujianku besok, tetapi tidak ketinggalan pula orang tuaku menasehati agar aku mencoba mendaftar ke FK Universitas negeri. "As always, never satisfied." kataku dalam hati. Ya tapi wajarlah, namanya orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk si anak.

By the way.. Alhamdulillah, ujian tulis berjalan cukup lancar karena model soalnya tidak terlalu jauh berbeda dengan soal-soal try out sebelumnya. I've tried my best, let Allah SWT do the rest of it.

Pada suatu sore di akhir bulan april. Aku mendapatkan sms dari seorang kenalanku yang merupakan mahasiswa semester 6 di FK tersebut, namanya Mas PPS (pakai inisial saja karena sekarang dia sudah beristri dan aku takut digrawuk istrinya.. maaf ya mbak). Mas PPS berkata "Selamat ya, keterima FK nya." Aku kaget setengah mati dan menanyakan kembali kebenaran berita tersebut. Dia mengatakan bahwa pengumuman mahasiswa baru gelombang 1 sudah ditempel di papan pengumuman kampus dan namaku terpampang di sana. Allahuakbar! Subhanallah! Atas restu orang tuaku, aku diterima menjadi seorang calon dokter. Fiuuhhh.. setidaknya aku bisa membahagiakan orang tuaku walaupun hanya sedikit :) Alhamdulillah, Thank You So Much My Lord!

Meskipun telah diterima sebagai mahasiswa saat aku masih menjalani pendidikan di bangku SMA, aku tidak berhenti mengejar cita-citaku yang sebenarnya untuk menjadi seorang arsitek. Aku memutuskan untuk mengikuti SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dengan pilihan pertama T. Arsitektur ITS dan pilihan kedua T. Arsitektur UB. Kali ini aku berbohong kepada orang tuaku, aku berkata bahwa aku memilih FK Unair dan FK UB. Aku masih ingat jelas, saat orang tuaku memberikan doa restu sebelum aku berangkat ke ITS untuk mengikuti SPMB, beliau berkata "Jangan lupa berdoa dulu sebelum mengerjakan dan semoga kamu keterima di FK Unair ya, Nak."
Oh God, I felt very very very terrible about this fake thing that I've done to my parents. Maafin Fani ya Pa Ma, sampai sekarang tidak berani jujur tentang masalah ini. I'm so sorry :'(

Di hari pengumuman SPMB, daftar nama mahasiswa yang diterima jalur SPMB diumumkan lewat koran Jawa Pos. Mas PPS kembali mengirimkan sms:
"Aya ikut spmb?" (Aya itu panggilan yang dia ciptakan buatku dari kata Soraya).
"ikut Kak, kenapa?"
"Nyoba fk mana?"
"Unair & UB"
Lagi-lagi aku berbohong :(
and I've got the karma. Aku tidak diterima T. Arsitektur ITS maupun UB.

Aku tersadar, selain berusaha dan berdoa ternyata restu orang tua juga sangat berpengaruh. Mungkin ini sudah takdirku dan aku tidak bisa mengelak. Toh yang membiayai pendidikanku adalah orang tua dan aku tidak bisa seenaknya sendiri memilih jalan hidup tanpa memperdulikan peran orang tuaku. Bagaimana pun juga, tidak ada orang tua yang memilihkan jalan buruk untuk anaknya, pasti mereka memilihkan jalan yang terbaik untuk anaknya. Mungkin ini yang terbaik untukku dan aku harus bersyukur karena di luar sana masih banyak anak-anak yang ingin berada di posisiku sekarang, merasakan pendidikan kedokteran. So, bagi kalian yang merasa masuk FK dengan alasan memenuhi tuntutan orang tua, coba pikirkan sekali lagi bagaimana orang tua kita berpeluh membanting tulang untuk membiayai pendidikan kita sedangkan yang perlu kita lakukan hanyalah harus belajar dengan serius. Apakah seberat itu untuk belajar bersungguh-sungguh demi menolong pasien kita kelak?


p.s. Selamat buat Mas PPS yang keterima PPDS Mata FK UB periode 2014 :) Hebat!

No comments: